Jumat, 28 Agustus 2015

JALAN YANG BERBEDA


Aku masih memimpikannya di sepanjang malam.. Hanya saja tidak terlihat..
Aku masih memikirkannya di detik awal membuka mata pada sebuah fajar.. lelap tidak menyadari..
Aku masih memiliki asa dari api abadi yang kecil selalu menyala.. Hanya saja sudah terlalu lemah..
Aku masih menginginkannya.. dan itu akan terus berlangsung sepanjang malam..
Aku masih menginginkannya.. dan itu akan berulang setiap pagi datang..
Aku tetap memikirkannya.. seolah dia terletak diantara pertemuan dua bola mata..
Aku akan selalu memimpikannya.. sekalipun tidak akan memiliki..
Aku akan selalu mengharapkannya.. sekalipun tidak akan pernah tergapai..
Aku akan selalu mencitakannya.. Sekalipun jalan ku berbeda..
Aku akan selalu berharap persimpangan jalan itu tidak pernah ada..
Aku akan selalu berharap bahwa bukan jalan ini yang ku langkahkan..
Aku akan tetap menjadi sebuah asa.. sekalipun akan mati dalam sebuah hitam kegelapan..

Tentang sebuah keinginan yang harus membuat Tuhan mendengar.. merasakan.. seorang anak yang mengiba..
Tentang sebuah asa yang selalu di inginkannya.. tangis yang tak akan terhenti..
perih yang akan selalu sama..

Aku selalu.. aku tetap.. akan mencitanya.. Dengarkanlah Sang Kasih yang abadi..
Dengarkanlah Sang Esa.. Kemanapun Engkau pijakkan kaki ini.
Aku menginginkan jalan yang berbeda..
Ampuni hati yang tak pernah selesai dengan keinginan.. karena ini tentang impi yang adalah cita..
Dan jalan yang berbeda ini.. akan selamanya terasingkan meski tampak begitu cerah..
Tuhan Peluk aku di sebuah antara.. beri damai dan sejahtera..
Cinta..Impi..Cita.. Lepaskan aku jika memang kau adalah jalan yang berbeda..


APAKAH KERAGUAN ITU SEHINGGA IA SELALU DATANG



Apakah semua yang berada di hidup ini sedemikian singkatnya..
Seperti waktu yang sedemikian cepat berlalu yang hanya meninggalkan sebuah cerita dalam hembusan angin..
Apakah rambut memutih itu akan sedemikian cepat pula datang..
Seperti padi yang mulai menguning pada sebuah sore musim panen..
Seperti daun-daun yang berguguran di musin gugur.. kemudian terganti dan membaru di musim semi..

Sesingkat inikah waktu yang ada..
Karunia yang dimiliki oleh semua anak tanpa dapat berpikir panjang..
Karena memang kita tidak memiliki waktu yang begitu panjang untuk berbicara mengenai suatu pertimbangan..
Seperti jejak langkah yang kau pijakkan di putihnya pasir pantai yang indah..
Pada akhirnyapun semua itu akan hilang dan mengikis dibelai gelombang air laut yang kesepian..
Dan kemanakah kita akan menggunakan waktu yang sesingkat ini..
DAN APAKAH KERAGUAN ITU SEHINGGA IA SELALU DATANG...
Kiranya Dia memberkati, dan menunjukkan langkah kaki yang terbata di ujung senja yang menguning..

24-AGUSTUS-2015
09.41 WIB